“Ky, sebenarnya kau itu kerja atau liburan sih? Kenapa foto-foto di instagrammu isinya foto jalan-jalan semua?”
Cukup sering saya diberikan pertanyaan demikian dan saya selalu menanggapi dengan tawa jika mendapatkan pertanyaan menuduh seperti itu. Yah, habisnya mau bagaimana lagi? Kerja di tempat terpencil namun memiliki banyak pantai dan laut yang indah tentu saja akan mubazir jika saya lewatkan begitu saja. Bahkan pantai yang berjarak hanya lima menit jalan kaki dari rumah dinas saya saja sangat instagram-able. Hahaha… Tiap ada kesempatan, biasanya saya selalu pergi mengunjungi satu persatu tempat wisata di Pulau Morotai—tempat kerja saya—mulai dari tempat yang terkenal hingga yang namanya belum pernah terdengar sama sekali bersama teman-teman PTT ataupun pegawai puskesmas saya.Beberapa waktu yang lalu, saya, beberapa pegawai puskesmas dan juga pemuda-pemuda di desa wayabula pergi mengunjungi pulau posi-posi. Pulau ini terletak sekitar tiga puluh menit dengan perahu motor dari desa wayabula. Kebetulan, saat ini tengah musim durian dan di pulau tersebut juga terdapat beberapa tempat wisata yang meskipun tidak begitu terkenal tetapi pemandangannya sangat cantik. Jadi kami semua berencana untuk membeli durian dan membawanya ke tempat-tempat yang akan kami kunjungi.
Waktu berkumpul yang awalnya direncanakan pukul sembilan akhirnya malah mudur hingga pukul sebelas siang. Meskipun sudah terik, kami masih tetap semangat untuk menyeberang pulau. Memikirkan wangi durian saja sudah membuat air liur saya menetes. Hehehe… Begitu sampai di Pulau Posi-posi, kami mulai berjalan berkeliling desa mencari rumah warga yang menjual durian. Kata Kak Aka—teman sekaligus guru di desa wayabula—mereka sudah memesan durian seharga tujuh ratus ribu untuk dimakan beramai-ramai. Namun, begitu sampai di rumah yang dimaksud, ternyata durian-durian tersebut sudah dibawa untuk dijual di kota. Sedikit kecewa kami pun mulai berjalan berkeliling lagi untuk mencari durian.
Siang semakin terik. Entah kami yang sedang kurang beruntung ataupun mungkin datang di saat yang tidak tepat, durian yang diinginkan tak kunjung didapatkan. Hingga kemudian ada seorang warga yang menjanjikan akan membawakan durian dari kebunnya sore nanti. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Pantai Batu Kopi tanpa membawa durian dan akan kembali sore nanti.
Pantai Batu Kopi itu sendiri merupakan suatu pantai yang masih terletak di Pulau Posi-posi. Untuk sampai ke sana, kami masih harus naik perahu motor lagi selama lima belas menit dari pelabuhan pulau posi-posi. Sebenarnya bisa juga lewat jalan darat, namun hal itu memakan waktu yang jauh lebih lama karena harus memutar pulau. Lagipula kami semua berduapuluh, jika harus berboncengan naik motor bolak-balik hingga ke sana, entah butuh berapa lama, secara di posi-posi tidak ada kendaraan lain selain motor.
Awalnya saya bertanya-tanya, kenapa sih pantai tersebut dinamakan Pantai Batu Kopi. Dalam pikiran saya, sepertinya di sana pasir atau batu-batunya terlihat seperti biji kopi. Ternyata, di pantai yang berpasir putih itu, terdapat satu batu besar berbentuk terowongan, yang pada jam-jam tertentu akan mengeluarkan wangi kopi moka yang sangat harum. That’s why they called it Pantai Batu Kopi.

Pantai Batu Kopi
Butuh usaha yang lumayan ekstra untuk bisa turun dari perahu motor saat tiba di sana. Pantai Batu Kopi tak mempunyai dermaga tempat kapal berlabuh, hanya pantai lepas. Ombaknya pun lumayan besar, sehingga saat turun dari perahu, mau tidak mau pakaian yang dikenakan pasti basah. Meski demikian, pemandangan di pantai batu kopi sangat indah. Air laut yang jernih dengan degradasi warna putih bening, biru muda, hijau toska dan juga biru tua, ditambah dengan pasir putih yang bersih sangat memanjakan mata saya. Selama ini, di Pulau Morotai hanya terkenal dengan wisata Pulau Dodola-nya. Padahal, masih banyak pantai dan tempat wisata lain yang jauh lebih bagus daripada itu, salah satunya yaaaa Pantai Batu Kopi ini.
Mungkin karena belum terlalu terkenal dan juga belum banyak orang yang datang berkunjung ke sini, pantainya terlihat sangat bersih dan tak ada sampah, sehingga sangat bagus untuk diabadikan dalam jepretan kamera.
Selain pantai, di pulau posi-posi juga terdapat air terjun yang airnya sangat jernih dan segar. Air terjun itu belum ada namanya. Jadi sebut sajalah namanya Air Terjun Batu Kopi. Hehehe… Letaknya tak jauh dari pantai batu kopi. Namun butuh usaha yang lumayan berat untuk bisa ke sana. Bagi yang tak biasa mendaki dan berjalan kaki, sebaiknya berpikir berkali-kali untuk ikut ke sana. Sama seperti rombongan kami kemarin, ada beberapa orang yang tak ikut melihat air terjun. Kami harus berjalan kaki selama kurang lebih lima puluh menit sambil menyusuri sisi aliran sungai kecil yang bermuara di laut lepas. Tak jarang ada yang terjatuh dan pastinya basah kuyup karena terkadang harus menyeberangi sungai yang agak dalam. Meskipun demikian, semua usaha itu terbayarkan dengan melihat indahnya air terjun tersebut. Batu-batu besar dan dinding tebing yang kokoh menjadi bingkai dari air terjun tersebut. Terdapat beberapa akar pohon yang lumayan besar yang dapat dipakai bergelantungan ala tarzan—bagi mereka yang berani, tentu saja. Hehehe….

Air Terjun Batu Kopi
“Dok, ayo ikut lompat dari atas sana.” Ajak Sale—salah satu siswa SMA yang akrab dengan saya—sambil menunjuk tebing tempat aliran air besar itu jatuh dengan deras. Saya hanya bisa menggeleng dan mengutuk dalam hati. Duh, kenapa juga saya harus menggunakan softlens saat sedang berwisata ke tempat yang penuh dengan air? Jadinya saya tak bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk berenang dan bersenang-senang seperti yang lainnya karena takut mata akan terciprat air dan softlens saya akan terlepas dan tentu saja mata saya akan iritasi. Akhirnya saya hanya bisa bermain air di tempat yang tidak terlalu dalam sambil memperhatikan teman-teman yang lain.
Ke depannya, saya berharap pariwisita di Pulau Morotai akan terus berkembang dan bisa dikelola oleh pemerintah dengan baik serta memberdayakan sumber daya manusia yang ada di Morotai sehingga angka pengangguran bisa berkurang dan angka pendapatan masyarakat di sana dapat bertambah.
Yuk, liburan ke Morotai!