Tidak Keluar Darah Saat Malam Pertama; Bukan Perawankah?

 

123601_vaginailustrasits

Pernah menonton sinetron atau drama yang mengisahkan tentang pasangan suami istri yang bercerai di hari pertama mereka menikah karena sang suami merasa istrinya bukan perawan lagi? Atau pernah membaca kisah yang demikian? Dulu, saya pikir itu semua hanya fiktif belaka. Tak pernah terjadi di dunia nyata. Namun di dunia yang sudah modern ini, ternyata masih ada juga orang-orang yang berpikiran demikan karena ketidaktahuan mereka dan mitos yang beredar di masyarakat. Mitos bahwa setiap perempuan yang baru pertama kali melakukan hubungan seksual pasti mengeluarkan darah perawan.

Kepercayaan seperti ini sungguh menyesatkan dan tentu saja merugikan dan mengganggu kehidupan perkawinan bagi orang yang memercayainya.

Pernah suatu kali, beberapa tahun yang lalu saat saya masih berstatuskan koas (asisten dokter) di bagian forensik, ada seorang lelaki yang melaporkan istrinya ke polisi karena merasa ditipu oleh istrinya yang menurutnya sudah tak lagi perawan dan meminta istrinya untuk divisum. Menurut saya, ini konyol. Bukankah setelah mereka melakukan ritual malam pertama pastinya istrinya sudah tak perawan lagi? Namun suaminya bersikeras mengatakan istrinya menipunya lantaran istrinya tidak mengeluarkan darah saat mereka pertama kali berhubungan. Ia menganggap bahwa istrinya pernah melakukan hubungan seksual sebelumnya dengan lelaki lain.

Well, kita tidak bisa menyalahkan suaminya yang percaya akan hal tersebut, namun kita juga tak boleh menutup mata akan nasib istrinya yang pasti syok setelah dituduh demikian oleh suaminya. Itu adalah satu contoh kejadian yang saya dapati di kehidupan nyata, entah ada berapa kasus serupa yang tak terdeteksi dan diketahui oleh masyarakat luas.

Sebelum berasumsi bahwa seorang perawan harus mengeluarkan darah saat pertama kali berhubungan seksual, perlu diketahui bahwa sesuai dengan reaksi seksual yang normal, dalam keadaan cukup terangsang, perempuan akan mengeluarkan lendir pada dinding vaginanya. Reaksi ini menyebabkan hubungan seksual dapat berlangsung dengan baik tanpa hambatan, sehingga perdarahan tidak terjadi. Namun sebaliknya, bila perempuan tidak cukup terangsang karena berbagai macam faktor, pengeluaran lendir di dinding vagina tidak terjadi atau tidak cukup. Akibatnya, akan terjadi perdarahan karena luka lecet pada vagina bila hubungan seksual dilakukan.

Kemudian, hymen atau selaput dara perempuan mempunyai elastisitas dan ketebalan yang berbeda-beda. Jika dilakukan dengan benar dan tidak terburu-buru, maka kemungkinan untuk tidak terjadi robekan yang luas, luka lecet dan perdarahan bisa saja terjadi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian perawan adalah perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki. Artinya, untuk mengetahui apakah seorang perempuan itu tidak lagi perawan sebenarnya hanya perempuan tersebut dan Tuhan yang tahu. Kita tak bisa menilai hanya dari darah perawan yang ia keluarkan saat pertama kali berhubungan seksual. Jika tidak perawannya seseorang hanya dinilai dari robeknya selaput dara yang mengeluarkan darah, maka seorang atlet sepeda atau seorang joki yang selaput daranya tak sengaja terobek dan tak lagi utuh akibat latihan yang keras, bisa saja juga disebut tidak perawan, padahal itu disebabkan oleh kecelakaan saat berolahraga.

Saya bukan kaum feminis, tetapi saya turut prihatin jika karena mitos “darah perawan” ini membuat para perempuan menjadi tertekan dan takut jika malam pertamanya tidak sesuai dengan mitos yang beredar di masyarakat itu.

Jadi, untuk para lelaki di luar sana, jangan sampai karena suatu kepercayaan yang tidak jelas kebenarannya, membuat kehidupan pernikahan kalian tidak harmonis dan bahkan berakhir dengan perceraian karena tidak percaya pada pasangan masing-masing. Think smart and happily ever after guys!

 


Referensi :
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Buku Bunga Rampai; Obstetri dan Ginekologi Sosial

Leave a Reply