
dokumentasi : instagram @RhapsodyCoffee
“Welcome home!”
Siang itu suasana Rhapsody Café masih sangat sepi. Hanya ada seorang barista yang tengah berdiri di dalam bar sambil menyapa saya yang baru saja masuk dan dua orang pegawai lainnya yang sedang duduk membelakangi pintu. Terlihat kursi-kursi kayu berwarna cokelat yang kosong menunggu untuk didiami. Tampak pula toples-toples tembus pandang yang penuh dengan biji kopi yang menggiurkan untuk segera dijadikan cairan panas hitam kecokelatan di dalam cangkir. Sepertinya saya adalah pelanggan pertama mereka hari itu. Maklum, belum tiba waktu istirahat untuk para pegawai kantoran maupun mahasiswa. Anak sekolahpun belum diperbolehkan untuk pulang. Continue reading