“Penyakit kusta bisa disembuhkan. Ia adalah penyakit menular yang tidak mudah ditularkan. Jadi jangan ada deskriminasi pada penderita kusta, karena mereka juga manusia.”
Kira-kira seperti itulah arti dari kalimat dalam bahasa jepang yang diulang-ulang oleh Yohei Sasakawa, seorang Goodwill Ambassador dari WHO (World Health Organization), yang berkeliling dunia untuk mengkampanyekan gerakan “Stop Deskriminasi Penderita Kusta” sekaligus ketua dari The Nippon Foundation—sebuah organisasi nirlaba yang banyak melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan—termasuk menyediakan stok obat kusta gratis di seluruh dunia. Dalam setahun, hampir dari sepertiganya ia habiskan untuk mengunjungi negara-negara yang endemik kusta. Saya sendiri sangat beruntung dapat bertemu dengan beliau dan mendengarkan banyak cerita dari pengalaman-pengalamannya saat ia berkunjung ke Pulau Morotai beberapa pekan lalu.
Ya, kusta atau lepra mungkin terdengar menakutkan bagi orang banyak. Untuk dekat-dekat dengan penderita kusta pun banyak yang jijik dan takut tertular. Bahkan, penderita kusta biasa dijadikan olok-olok banyak orang. Sebagai contoh, beberapa orang teman saya sering bergurau dengan mengucapkan “kandala-kandala ko kalau bohongko nah!”, yang artinya kurang lebih menyumpahi seseorang jarinya akan cacat seperti seorang penderita kusta jika berbohong. Padahal menurut saya, itu sama sekali bukan sesuatu yang pantas untuk dijadikan lelucon. Tidak semua penderita kusta akan berakhir dengan cacat yang demikian. Dan satu hal yang penting untuk diingat, kusta memang merupakan penyakit menular, namun tidak semudah itu menular.
Mengapa saya katakan demikian? Penularan kusta dapat terjadi melalui udara dan juga kontak kulit yang erat dan lama. Perlu digarisbawahi—ERAT DAN LAMA. Berada dalam satu ruangan yang sama dengan penderita kusta tidak serta merta langsung membuat kita tertular. Butuh proses yang panjang dan lama untuk bisa sampai pada tahap itu. Tubuh kita memiliki sistem kekebalan tersendiri yang akan langsung melawan jika terpapar oleh bakteri. Penularan terjadi jika sistem kekebalan tubuh kita menurun dan kita terpapar oleh bakteri penyebab kusta dalam jangka waktu yang lama—entah itu terjadi lewat pernapasan ataupun lewat kontak kulit dengan penderita. Dengan demikian, jika ada yang mengatakan penyakit kusta adalah penyakit kutukan atau keturunan karena biasanya dialami oleh satu keluarga, itu sama sekali tidak benar. Hal itu terjadi dikarenakan penderita kusta yang tidak berobat menularkannya kepada anggota keluarga yang lain—yang tinggal serumah—dalam jangka waktu yang lama.
Penderita kusta banyak menerima deskriminasi dari masyarakat. Mereka juga dikucilkan dan diabaikan. Sehingga mereka cenderung menyembunyikan diri dan malu untuk berobat. Padahal, seharusnya kita lebih prihatin dan juga membantu mereka dalam mendapatkan pengobatan, sehingga kualitas hidup mereka bisa meningkat. Karena lagi-lagi harus saya ingatkan, penyakit kusta itu bisa disembuhkan.
Kusta adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Biasanya ditandai dengan satu atau lebih bercak berwarna putih atau kemerahan di kulit yang kurang atau mati rasa, biasanya juga disertai dengan nyeri dan penebalan pada saraf dan jika dilakukan pemeriksaan kerokan kulit akan ditemukan bakteri yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Jika orang yang tertular penyakit ini tidak segera berobat, maka ia berpotensi menjadi sumber penularan bagi orang lain dan juga bisa berakhir dengan kecacatan.
Namun, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, penyakit kusta memang menular, namun tidak mudah menular. Hanya dengan minum obat, penyebaran penyakit kusta dapat dihentikan dan mencegah kecacatan. Disaat penderita minum obat pertama kali, saat itu juga mata rantai penularan diputuskan. Pengobatan penyakit kusta mirip dengan pengobatan pada penyakit TBC (tuberculosis). Lama pengobatan ditentukan dari jenis klasifikasi kusta. Ada yang mulai dari 6-8 bulan, bahkan ada yang harus meminum obat selama 12-18 bulan. Perlu kesabaran dan dukungan dari keluarga serta kerabat untuk bisa sembuh, karena pengobatan kusta membutuhkan waktu yang lama. Jadi dengan deteksi dini dan juga pengobatan yang adekuat, penyakit yang menjadi momok menakutkan dalam masyarakat ini dapat disembuhkan. Orang-orang tidak perlu takut tertular dan juga penderita kusta tak perlu khawatir akan dikucilkan.
Deteksi dini penyakit kusta merupakan hal yang sangat penting. Jika ada keluarga, teman, kerabat, sahabat atau bahkan kamu sendiri yang memiliki tanda-tanda seperti yang saya sebutkan di atas, segera ajak untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Kusta bisa disembuhkan. Kecacatan bisa dicegah. Penderita kusta bukanlah ancaman bagi kita. Seharusnya kita lebih peka dan membantu mereka untuk mendapatkan pengobatan. Dan lagi, obat kusta bisa didapatkan di semua fasilitas kesehatan di seluruh indonesia dengan GRATIS tanpa bayaran apapun!
Jadilah warga negara yang cerdas yang peduli terhadap sesama. Bantulah petugas kesehatan untuk mendeteksi secara dini penyakit kusta di lingkungan sekitarmu, jangan takut tertular karena penyakit kusta adalah penyakit menular yang sulit ditularkan dan pastinya bisa disembuhkan. Jadi, jangan ada lagi rasa cemas dan takut terhadap mereka yang menderita penyakit tersebut. Yuk, stop deskriminasi penderita kusta!
setelah baca tulisan ini, akhirnya saya juga kena ketularan penyakit “kusta” (kuungkap sesuatu tapi) malu-malu tapi mau, hehe. Maksdny, mungkin ibu dokter bisa obat saya biar cepat kenal.. :d #WowTulisannyaMantab #semogabermanfaat
Terima kasih. 🙂
setelah membaca tulisan ini, saya akhirnya ketularan penyakit “Kusta” (Kuungkap sesuatu tapi) malu. hehe. maksudnya pengen kenal sama saja bu dokter mungkin setelah kenal bisa terobati penyakit saya ini :d #mantabtulisannya