“Dok, kemarin ada orang dari doctorshare datang ke sini. Itu loh, yang punya rumah sakit apung. Katanya itu temannya dokter. Terus katanya bulan Juni nanti mereka mau bikin pengobatan gratis di sini.”
Agak bingung, saya berusaha mencerna perkataan Kepala Puskesmas saya hari itu. Bukannya saya bingung dan tak tahu apa itu doctorshare. Tentu saja saya tahu doctorshare itu apa. Mereka adalah organisasi kemanusiaan nirlaba yang memfokuskan diri pada pelayanan kesehatan dan bantuan kemanusiaan. Saya selalu mendengar dan melihat berita mengenai mereka. Mengenai dr.Lie Dharmawan dan Rumah Sakit Apung-nya. Mengenai mereka yang selalu berkeliling ke daerah-daerah terpencil dan terpelosok di seluruh Indonesia Raya ini demi kesehatan. Saya selalu merasa kagum dan bercita-cita ingin setidaknya bisa seperti itu. Punya fasilitas kesehatan yang bebas diakses oleh orang-orang tak mampu secara gratis.
Yang membuat saya bingung, sejak kapan saya memiliki teman di sana? Apakah tanpa sadar saya telah menjadi orang yang cukup terkenal sehingga bisa dikenal oleh orang yang tidak saya ketahui? Ah, saya selalu saja punya pikiran yang ngaco. Hehehe…
Saya hanya bisa menebak-nebak dalam hati siapakah orang tersebut, sambil berusaha memaksimalkan kapasitas otak saya yang sangat lamban dalam mengingat orang.
***
Wah, saya sama sekali tidak menyangka bahwa tempat tugas saya akan dikunjungi oleh tim doctorshare. Di usianya yang menginjak delapan tahun ini, tim dari doctorshare berencana melakukan pengobatan umum gratis sekaligus melakukan beberapa tindakan bedah untuk kasus-kasus tertentu mulai tanggal 12 Juni hingga 19 Juni di Desa Wayabula, Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara. Namun, seminggu sebelumnya kapal mereka yang bertuliskan RSA Dr. Lie Dharmawan telah tiba terlebih dahulu di pelabuhan kecil Desa Wayabula. Ah, tadinya saya pikir semua tim mereka ikut berlayar bersama kapal tersebut. Hehehe…

RSA. Dr. Lie Dharmawan
Saat baru memasuki halaman puskesmas, saya agak kagok karena banyaknya orang yang mengenakan pakaian berwarna biru yang tak saya kenal. Agak malu karena merasa datang terlambat—meskipun saya datang sesuai dengan jam dinas di puskesmas—saya buru-buru masuk ke ruang perawatan untuk melakukan visite pagi pasien rawat inap. Baru juga beberapa saat, saya disapa oleh seorang wanita yang tampaknya sebaya dengan saya yang mengenakan baju kaos berwarna biru bertuliskan Sahabat DoctorShare. “dr.Kiky ya?”. Ternyata dia adalah teman dari teman saya. Namanya adalah dr. Herliana. Ah, ternyata saya tidak seterkenal yang saya duga. Hahaha…
“Saya udah dua tahun gabung, Dok.” Itulah jawabannya ketika saya tanyakan sudah sejak kapan ia bergabung dengan doctorshare. Ternyata sejak selesai koas, sambil menunggu pemberangkatan internsip, ia telah menyumbangkan waktu dan tenaganya untuk membantu orang banyak. Duh, kemana saja saya selama ini? Seingat saya, berbulan-bulan waktu menunggu jadwal pemberangkatan internsip hanya saya gunakan untuk liburan dan jalan-jalan saja. Sangat tidak produktif! Ah, saya jadi malu sendiri.
Tim dari doctorshare berjumlah sekitar enam belas orang—terdiri dari dokter, perawat, apoteker, analis dan juga jurnalis. Masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab tersendiri. Kemudian saya dikenalkan kepada seorang dokter yang bernama Kurniawan. Dokter yang saya taksir berusia sekitar akhir empat puluhan. Beliau meminta saya untuk ikut membantu pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter-dokter lain. Tentu saja saya bersedia. Saya sangat senang karena antusiasme masyarakat yang datang untuk berobat sangat tinggi. Jika sebelumnya mereka selalu menunggu hingga sakit mereka bertambah parah, kali ini mereka justru datang berbondong-bondong untuk berobat.
Acara dimulai dengan tim dari doctorshare yang melakukan penyuluhan yang bertempat di lahan kosong tepat di samping puskesmas, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan umum sekaligus screening untuk pasien-pasien yang akan dilakukan tindakan bedah mayor maupun minor. Meskipun hari itu hujan turun dengan deras sejak pagi, masyarakat yang datang berobat berjumlah sekitar kurang lebih lima ratus pasien. Angka yang cukup fantastis menurut saya.
Dari lima ratus pasien yang datang itu, ada lima belas pasien yang kemudian menjalani operasi mayor dan tiga diantaranya merupakan pasien operasi sesar. Ibu-ibu hamil dari luar wilayah kerja puskesmas wayabula yang tak dapat melahirkan secara normal karena indikasi tertentu kemudian dibawa ke RSA Dr. Lie Dharmawan dan dioperasi di sana. Praktis, tiga bayi lahir di atas kapal tersebut. Kemudian, empat puluh sembilan pasien lainnya menjalani operasi minor—seperti pengangkatan tumor jinak dan juga sirkumsisi. Semua operasi tersebut dilakukan di kapal Rumah Sakit Apung Dr. Lie Dharmawan. Kemudian semua pasien post operasi mayor dipindahkan ke Puskesmas Wayabula untuk dirawat hingga kondisinya memungkinkan untuk dipulangkan. Pengobatan umum dan screening untuk operasi dilakukan dalam satu hari saja dan kemudian pasien-pasien yang terindikasi harus dioperasi dijadwalkan untuk hari berikutnya.
Hari pertama berjalan dengan lancar. Semua pasien telah selesai diperiksa pukul empat sore. Namun, ketika menjelang maghrib, ada beberapa orang yang datang ke puskesmas menanyakan apakah masih bisa dilakukan pemeriksaan oleh tim doctorshare. Ternyata mereka adalah penduduk dari desa di pulau Posi-posi. Pulau di seberang Desa Wayabula yang berjarak sekitar tiga puluh menit menggunakan kapal kayu. Mereka baru bisa datang dikarenakan cuaca sejak pagi yang tidak memungkinkan. Sebenarnya bisa saja saya yang memeriksa mereka semua dan memberikan terapi dengan menggunakan obat di puskesmas, namun karena mereka bukan berasal dari wilayah kerja puskesmas saya, artinya mereka harus membayar karena termasuk dalam kategori pasien umum.
Akhirnya saya menelepon salah satu dokter dari tim doctorshare untuk menanyakan hal tersebut. Meskipun awalnya beliau mengatakan sudah tak dapat menerima pasien tambahan lagi, namun akhirnya dengan berbagai pertimbangan, para pasien yang baru datang itu langsung disuruh datang ke kapal untuk dilakukan pemeriksaan di sana.
***
Meskipun terjadi beberapa kendala, secara keseluruhan, seluruh kegiatan dari awal hingga akhir berjalan dengan lancar dan saya bersyukur bisa menjadi bagian yang turut membantu dalam kegiatan ini. Dan semoga saja doctorshare bisa terus menyediakan akses bantuan medis kepada mereka yang membutuhkan di republik kita tercinta ini. Sukses terus yakk!

WE DID IT! YAYY!
Mantap Kiky…om Lie D..sewaktu Andra meninggal beliau jauh2 datang ke Jakarta hanya untuk menangis di depan peti anakku…👍👍👍👍🌹🌹🌹🌹
Bangga dan bahagia bisa mengenal dokter sepertimu, Ky.