Curcol: Mati Itu Pasti, Sehat Itu Anugerah

large_article_im638_Helping_healthcare_professionals_cope_with_patient

Sebagai seorang dokter, tentu saja saya telah melihat banyak sekali kematian. Sama banyaknya pula saat mata saya menyaksikan lahirnya manusia yang baru di dunia. Dulu, saya pikir saya akan terbiasa dengan tangis pilu penuh duka keluarga yang ditinggalkan oleh orang terkasihnya. Dulu, saya pikir saya akan terbiasa dengan tangis suka cita penuh haru oleh ibu yang meskipun kesakitan, namun tetap tersenyum sambil menatap penuh cinta anaknya yang baru saja menghirup udara yang sama dengannya. Dulu, saya pikir saya akan terbiasa dengan semua itu. Nyatanya, bahkan setelah menyandang gelar dokter di depan nama pun, saya masih tetap tak terbiasa dengan hal tersebut. Selalu terselip perasaan sedih ketika melihat pasien yang tengah meregang nyawa dan tak berdaya untuk saya selamatkan. Selalu terselip rasa haru, ketika mendengar tangisan bayi yang baru saja lahir.

Saya ingat, ketika masih kuliah dulu, seorang dosen selalu berkata, sebagai seorang dokter, kita harus selalu berempati kepada kondisi pasien dan keluarganya, tapi jangan sampai terlarut dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh mereka. Saya sadar, apa yang beliau katakan benar. Tentu saja jiwa kami akan sakit jika terus merasa sedih oleh kematian yang selalu dihadapi bahkan lebih sering dibandingkan saat kami berjumpa dengan orang yang kami kenal di suatu pusat perbelanjaan.

Ah, kematian itu hal yang pasti. Sepasti kau merasakan sakit hati ketika mantan punya gandengan baru yang lebih cantik. Hehehe… Oke, itu mungkin bukan perumpamaan yang sepadan, tapi pesan utama yang ingin saya sampaikan adalah kematian itu pasti datang. Entah di saat sakit ataupun sehat.

Saya ingat, seorang teman yang selepas jam jaganya pulang ke rumah dinas kami dan menangis tersedu-sedu. Ternyata pasiennya baru saja meninggal dan tak dapat ia selamatkan. Lain lagi cerita teman saya yang dimarahi habis-habisan hingga dikasari oleh keluarga pasien yang tak tertolong nyawanya, tapi dia hanya diam dan menahan sesal dalam hati.

Lantas, bagaimana dengan cerita saya sendiri? Ada banyak cerita yang tentunya tak bisa saya bagikan semuanya di sini. Namun, satu yang ingin saya sampaikan, bahwa kesehatan itu adalah anugerah yang harus dijaga. Ini pesan hidup yang berharga yang akan saya ingat sampai mati. Karena tak dapat saya pungkiri, kami—para dokter—justru sangat sering melanggar hal-hal yang kami beritahukan kepada pasien untuk menjaga kesehatannya.

Aduh, saya jadi bingung sebenarnya apa inti dari tulisan saya kali ini. Mungkin karena sudah lama saya tidak menulis, akhirnya muncul curhatan geje ini. Bagi yang tak sengaja membaca tulisan ini, tolong abaikan saja dan harap maklum. Hehehe… Tunggu tulisan saya yang lebih bermutu di postingan berikutnya ya! Bye bye!

Leave a Reply