Natisha; Persembahan Terakhir

Judul Buku                       : Natisha—Persembahan Terakhir

Penulis                               : Khrisna Pabichara

ISBN                                    : 978-602-6799-12-8

Penerbit                             : JAVANICA

Penyunting                       : Shalahuddin Gh

Penggambar Sampul    : Yudi Irawan

Penataletak                      : design651

Tanggal Terbit                : Mei 2016

Harga                                 :

Tebal                                   : 421 halaman

 

Saya tertarik untuk membaca novel karya Daeng Khrisna—sapaan akrab Khrisna Pabichara—karena seorang teman merekomendasikan buku beliau dan bahkan memberikan saya buku tersebut lengkap dengan tanda tangan penulisnya. Siapa yang bisa menolak?

Natisha, sebuah novel yang menceritakan mengenai sejarah, budaya, mitos, sekaligus kisah cinta yang rumit dan penuh perjuangan antara Daeng Tutu dan Natisha. Kisah cinta mereka menemui banyak kendala dikarenakan status sosial yang berbeda. Natisha adalah seorang bangsawan dengan gelar karaeng, sedangkan Tutu hanyalah seorang biasa. Continue reading

Pangandaran; Wisata Alam yang Cocok Untuk Berlibur

Ketika mendengar kata Pangandaran, mungkin yang langsung terlintas di benak kamu adalah pantai dan aneka hidangan laut. Hal ini tentu tidak aneh, karena memang kabupaten Pangandaran terkenal dengan pantainya yang indah. Bukan hanya dapat menikmati deburan ombak dan angin yang sepoi-sepoi, kamu juga dapat menyaksikan eksotisme keindahan matahari terbit maupun terbenam di pantai Pangandaran.

Jika ingin berburu matahari terbenam, kamu dapat datang ke pantai Pangandaran di sore hari ketika matahari sudah mulai tergelincir. Namun bila ingin berburu matahari terbit, ada baiknya jika kamu memilih untuk menginap di pantai Pangandaran. Di sekitar pantai terdapat beberapa penginapan, salah satunya adalah Sun In Pangandaran Hotel yang hanya berjarak 200 m dari pantai barat Pangandaran. Kamu dapat pesan hotel ini di Traveloka. Continue reading

Review : Ngopi Enak? Rhapsody Café dong!

dokumentasi : instagram @RhapsodyCoffee

dokumentasi : instagram @RhapsodyCoffee

Welcome home!”

Siang itu suasana Rhapsody Café masih sangat sepi. Hanya ada seorang barista yang tengah berdiri di dalam bar sambil menyapa saya yang baru saja masuk dan dua orang pegawai lainnya yang sedang duduk membelakangi pintu. Terlihat kursi-kursi kayu berwarna cokelat yang kosong menunggu untuk didiami. Tampak pula toples-toples tembus pandang yang penuh dengan biji kopi yang menggiurkan untuk segera dijadikan cairan panas hitam kecokelatan di dalam cangkir. Sepertinya saya adalah pelanggan pertama mereka hari itu. Maklum, belum tiba waktu istirahat untuk para pegawai kantoran maupun mahasiswa. Anak sekolahpun belum diperbolehkan untuk pulang. Continue reading