Difteri; Perlu Imunisasi Gak Sih?

“Duh, galau nih apa anak saya harus diimunisasi atau gak.”

“Gak usah aja, Bu. Cukup perkuat kekebalan tubuh dengan minum madu.”

Beberapa waktu ini Indonesia tengah dihebohkan dengan kasus difteri yang mewabah diberbagai daerah. Padahal, kasus difteri ini merupakan penyakit lama yang sudah sangat jarang ditemukan—jika tak mau dibilang tak ada. Sejak saya menjadi mahasiswa kedokteran hingga berstatus dokter pun saya hanya pernah satu kali melihat pasien difteri, itu pun masih suspect. Dan menurut peraturan menteri kesehatan No.1501/MENKES/PER/X/2010 bahwa jika ditemukan satu saja kasus difteri meskipun hanya suspect bisa langsung dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Nah, jika satu saja kasus yang ditemukan sudah bisa disebut sebagai KLB, bagaimana pula dengan sekarang ini yang telah memakan puluhan korban jiwa dan terjadi di setidaknya 20 provinsi di seluruh Indonesia? Continue reading

HIV/AIDS; Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya!

 

“HIV doesn’t make people dangerous to know, so you can shake their hands and give them a hug.” ~Princess Diana

“Ih, kasihan… Ketularan dari siapa? Padahal kan dia belum menikah.” Saya mengehela napas berat. Inilah yang selalu tak saya suka. Begitu mendengar ada yang tertular penyakit mematikan yang bernama HIV/AIDS, pasti banyak yang berpikir bahwa orang yang tertular tersebut pastilah melakukan perilaku seks tidak sehat. Seperti ucapan seorang teman saya ini. Padahal, cara penularan HIV/AIDS tidak hanya melalui perantara hubungan badan tetapi bisa juga dari hal lainnya. Contohnya saja kami, para petugas kesehatan. Kami sangat berpotensi tertular penyakit tersebut dari pasien. Entah itu karena tertusuk jarum suntik ataupun yang lainnya. Continue reading

BELKAGA; Bulan Eliminasi Kaki Gajah

Sore itu saya tengah berada di Puskesmas. Jam kantor telah usai, namun karena ada pasien rawat inap yang baru saja masuk akhirnya saya kembali ke puskesmas. Hujan masih turun dengan deras dan entah mengapa sore itu Nurul—dokter gigi di puskesmas saya—menemani saya kembali ke puskesmas.

Hujan masih sangat deras ketika kami hendak pulang ke rumah. Setengah berlari, kami menembus guyuran air yang tak menunjukkan tanda-tanda akan reda. “Nurul, awas cacing filariasis!” Saya berteriak memperingatkan Nurul saat kakinya menyentuh kubangan air penuh lumpur. Begitu sampai di rumah saya jadi mengingat-ingat lagi apa yang saya katakan pada Nurul tadi. Ah, filariasis itu kan ditularkan lewat nyamuk. Kenapa juga tadi saya harus heboh mengatakan pada Nurul untuk tidak menginjak becek karena takut cacing? Continue reading