BELKAGA; Bulan Eliminasi Kaki Gajah

Sore itu saya tengah berada di Puskesmas. Jam kantor telah usai, namun karena ada pasien rawat inap yang baru saja masuk akhirnya saya kembali ke puskesmas. Hujan masih turun dengan deras dan entah mengapa sore itu Nurul—dokter gigi di puskesmas saya—menemani saya kembali ke puskesmas.

Hujan masih sangat deras ketika kami hendak pulang ke rumah. Setengah berlari, kami menembus guyuran air yang tak menunjukkan tanda-tanda akan reda. “Nurul, awas cacing filariasis!” Saya berteriak memperingatkan Nurul saat kakinya menyentuh kubangan air penuh lumpur. Begitu sampai di rumah saya jadi mengingat-ingat lagi apa yang saya katakan pada Nurul tadi. Ah, filariasis itu kan ditularkan lewat nyamuk. Kenapa juga tadi saya harus heboh mengatakan pada Nurul untuk tidak menginjak becek karena takut cacing?

Mungkin kalian yang membaca tulisan ini tengah berpikir, fiariasis itu apa sih? Nah, filariasis atau bahasa awamnya sering disebut sebagai penyakit kaki gajah adalah suatu penyakit infeksi menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. That’s why saya jadi merasa bodoh karena melontarkan pernyataan bodoh tentang cacing kepada Nurul.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa penyakit kaki gajah ini ditularkan oleh nyamuk. Bisa nyamuk apa saja. Nyamuk rumah, nyamuk got, nyamuk hutan dan nyamuk rawa-rawa. Parasit filaria masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi. Parasit tersebut akan tumbuh dewasa menjadi cacing di dalam tubuh manusia dan dapat bertahan hidup selama empat hingga enam tahun dalam kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening ini sendiri merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh kita. Nah, cacing ini kemudian akan berkembang biak di dalam tubuh dan menghasilkan jutaan anak cacing yang beredar dalam darah. Membayangkan ada jutaan anak cacing di dalam tubuh kita tentu saja terdengar mengerikan bukan?

Jika tubuh kita telah terinfeksi oleh cacing filaria ini, maka gejala awal yang akan timbul adalah demam berulang-ulang selama tiga hingga lima hari, demam dapat hilang bila si penderita istirahat dan muncul kembali setelah si penderita bekerja berat. Kemudian terjadi pembengkakan kelenjar getah bening sehingga terlihat bengkak di daerah lipatan paha, ketiak tampak kemerahan, panas dan sakit. Kemudian bisa terdapat juga benjolan yang jika pecah dapat mengeluarkan nanah dan darah. Lalu, terdapat pula pembesaran pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas. Pada tahap lanjutan, terdapat pembesaran yang menetap pada lengan, payudara, buah zakar dan juga pembesaran pada tungkai dan karena itulah disebut sebagai penyakit kaki gajah.

Apakah semua penderita kaki gajah menunjukkan gejala? Jawabannya tidak. Banyak penderita kaki gajah yang justru tidak menunjukkan gejala sama sekali, tetapi ternyata di dalam tubuhnya terdapat banyak sekali cacing filaria. Jadi, untuk mendiagnosis penyakit kaki gajah, tidak hanya melalui gejala klinisnya saja, tetapi juga berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan urine. Jika positif terdiagnosis, meskipun tanpa gejala, dokter akan memberikan obat anti filariasis, namun jika penyakit tersebut telah menahun, terkadang dibutuhkan juga tindakan lain, seperti operasi.

Sebenarnya, cara mencegah penyakit kaki gajah sangat mudah, yaitu menghindari gigitan nyamuk sebisa mungkin. Jika tidur, pakailah kelambu atau losion anti nyamuk dan jangan lupa membersihkan genangan air di sekitar tempat tinggal kamu.

Nah, ternyata, di bulan oktober ini, merupakan bulan eliminasi kaki gajah atau biasa disingkat dengan Belkaga. Belkaga ini sendiri merupakan program pencegahan kaki gajah yang dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2015 dan dilakukan secara serentak di seluruh daerah yang endemis penyakit ini. Dan targetnya adalah Indonesia bebas Kaki Gajah pada tahun 2020. Kegiatan pencegahan kaki gajah ini dilakukan dengan pemberian obat gratis kepada seluruh masyarakat daerah endemis dan hal ini dilakukan selama lima tahun berturut-turut. Di Morotai sendiri sudah masuk tahun ketiga dilakukannya program tersebut. Di Desa Wayabula, tempat saya bekerja, kami membuat beberapa posko dan memanggil satu persatu warga untuk meminum obat pencegahan. Jika ada yang tak sempat hadir dan kebetulan kami temui di jalan, langsung saja kami hampiri dan saat itu juga kami instruksikan untuk meminum obatnya.

Oh iya, konsumsi obat anti filaria ini harus hati-hati pada penderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan juga ibu hamil. Kemudian efek yang ditimbulkan oleh konsumsi obat anti filaria juga berbeda-beda bagi setiap orang. Semua itu tergantung dari banyaknya parasit di dalam tubuh orang tersebut. Semakin banyak parasit filaria yang ada, semakin bereaksi obat yang dikonsumsi. Reaksi yang ditimbulkan diantaranya adalah pusing, mual dan muntah. Jika kamu merasakan reaksi seperti itu setelah mengonsumsi obat anti filaria, artinya mungkin saja terdapat banyak cacing filaria di dalam tubuhmu. Hehehe…

Jika di daerahmu merupakan daerah endemis filariasis, jangan ragu-ragu untuk meminta obat anti filaria kepada petugas kesehatan. Yuk, cegah filariasis dengan menyukseskan program Bulan Eliminasi Kaki Gajah!

Leave a Reply