Punya pasangan dokter atau calon dokter mungkin merupakan kebanggaan tersendiri bagi beberapa orang. Selain status sosial yang dianggap tinggi oleh masyarakat, tidak jarang para orang tua pun mengidamkan menantu seorang dokter. Padahal, punya pasangan yang berprofesi sebagai dokter itu sebenarnya bisa bikin gegana. Gelisah, galau dan merana. Hehehe… Untuk itu, bagi yang ingin atau telah memiliki pasangan seorang calon dokter haruslah siap untuk hal-hal berikut ini.
Hari libur = Hari tidur sedunia!
Sebagai seorang calon dokter yang waktunya habis di kampus ataupun rumah sakit, hari libur merupakan saat yang tepat untuk tidur. Tidur yang cukup menjadi suatu hal mewah bagi mereka. Jadi jangan marah jika pasanganmu itu lebih memilih tidur di rumah dibandingkan keluar dan jalan denganmu. Kalimat keramat yang sebaiknya jangan diucapkan adalah “Kenapa sih tidur mulu?”. Yakinlah, pertanyaan itu hanya akan menimbulkan perang! Cobalah mengerti dan ajaklah ia jalan di lain kesempatan.
Cemburu Buta
“Hanya di dunia koas, cowok dan cewek boleh tidur bareng dalam satu ruangan dan itu legal.” Begitulah kira-kira gambaran kehidupan para calon dokter di rumah sakit yang harus dipahami oleh pasangannya. Percayalah, meskipun mereka tidur berdampingan, tak akan terjadi apapun. Karena saking capeknya, ketika menyentuh bidang datar mereka bisa langsung terlelap tanpa memikirkan apapun. Jangankan bidang datar, tidur sambil berdiri pun bisa mereka lakukan. Jadi, jika cemburu dengan kedekatan pasanganmu dengan rekan kerjanya, utarakanlah, jangan langsung marah-marah dan curiga tak beralasan.
Jarang Dikabari
Menjadi koas (asisten dokter) di rumah sakit, tentu menguras tenaga dan pikiran. Meski telepon genggam selalu berada di dalam saku jas putihnya, untuk sering mengabari seperti pasangan pada umumnya tentu saja sulit. Namun, pasangan yang baik tentu saja akan selalu menyempatkan diri untuk memberikan kabar, sesingkat apapun itu. Saking sibuknya seorang koas, mereka bahkan sering lupa untuk mengurus kebutuhan diri sendiri. Meski pasanganmu jarang mengabarimu, sesungguhnya mereka sangat butuh perhatian. Contoh kecilnya, ingatkan mereka untuk tidak melewatkan saat makan siangnya, atau langsung saja datangi ke tempat tugasnya untuk sekadar mengantarkan makan malam. Itu bisa membuatmu semakin mengerti keadaannya sekaligus melepas rindu.
Jadi Tempat Curhat
Meskipun jarang memberikan kabar, sebenarnya seorang calon dokter sangat membutuhkan teman curhat. Tekanan yang dihadapi oleh mereka bisa dibilang cukup berat. Tak jarang, ada beberapa mahasiswa kedokteran yang justru berakhir menjadi pasien di rumah sakit jiwa karena tak sanggup menahan bebannya. Ketika pasanganmu mulai marah-marah tak jelas ataupun uring-uringan, cobalah tanyakan apa masalahnya. Kebanyakan sih, karena diomeli oleh dokter senior atau mungkin ia baru saja mendapati pasiennya meninggal tak tertolong. Walaupun kamu tak bisa mengerti sesulit apa menghadapi keadaan di rumah sakit, cobalah untuk menjadi pendengar yang baik.
Dinomorduakan
Punya pasangan seorang calon dokter harus siap untuk dinomorduakan. Jangan marah, ketika ia tiba-tiba membatalkan janji bertemu karena ia harus ke rumah sakit untuk mempresentasikan kasus. Jangan marah, ketika ia menolak bertemu denganmu karena harus menyelesaikan tugas yang banyaknya bikin sakit kepala. Jangan marah, ketika ia memilih untuk tak menghiraukan dirimu saat tengah berkutat di depan laptopnya. Menjadi prioritas kesekian memang menyakitkan, tapi itulah yang harus kamu pahami. Sesungguhnya, dibalik semua kesibukan itu, tersimpan keinginan kuat untuk segera menyelesaikan pendidikan dokter yang melelahkan agar tak lagi menomorduakan yang seharusnya menjadi nomor satu. 🙂
Mungkin kamu jadi berpikir, susah ya punya pasangan dokter? Maunya dimengerti terus. Hehehe… Bahkan ada seorang teman yang mengatakan, “Sepertinya memang hanya dokter yang mengerti dokter”. Tapi itu tak sepenuhnya benar. Banyak pasangan sesama dokter yang saya dapati putus begitu saja. Banyak juga yang tak berasal dari jurusan yang sama namun bisa bertahan hingga pelaminan. Kuncinya adalah saling mengerti dan percaya. Jika dua hal itu tak bisa dilakukan, entah itu pasanganmu dokter atau bukan, pasti akan berakhir begitu saja.
Btw, tulisan ini hanya teori belaka. Jika ada yang menanyakan apakah yang punya blog ini telah menemukan pasangan yang bisa mengerti profesinya, anggap saja ia masih dalam tahap pencarian. :p
Paragraf terakhir curhat yah Dok?
Hahaha… Anggap saja demikian. :p
paragraf terakhir itu kode ya dok?
Jika ada yg terkode, tolong untuk disegerakan. *eh
Hahahaha….
wah banyak yang terkode nih 🙂