5 Hal yang Berubah Sejak di Morotai

Mengubah suatu kebiasaan yang selalu kita lakukan tentunya bukanlah hal yang mudah. Sama ketika kita menyukai seseorang lalu kemudian karena tak direstui orang tua akhirnya kita harus meninggalkannya (eh?). Gak nyambung ya? Hehehe… Saya memiliki beberapa kebiasaan yang mau tidak mau harus saya tinggalkan sejak mulai bertugas sebagai dokter PTT di Pulau Morotai. Tapi ada juga sih beberapa hal yang harus saya siasati sehingga saya bisa tetap melakukannya.

Pola Tidur

Teman-teman terdekat saya pasti tahu bahwa saya menderita insomnia yang parah. Jika belum lewat pukul satu dini hari, mata saya tak bisa terpejam. Meskipun demikian, saya tetap bangun pagi seperti biasanya entah jam berapapun mulai tidur. Nah, sejak di Morotai, entah mengapa sebelum pukul dua belas malam saya pasti sudah terlelap. Bahkan saya masih bisa menyempatkan diri untuk take a nap di siang hari selama tiga puluh hingga enam puluh menit. Padahal, dulu saya sama sekali sulit untuk tidur siang.

Ngopi

Well, saya adalah penikmat kopi. Tiap hari setidaknya saya mengkonsumsi satu cangkir kopi. Namun, lidah yang sensitif membuat saya terlalu pilih-pilih dan tak bisa menikmati kopi sachet. Hal itulah yang kemudian membuat saya tak bisa lagi menikmati kopi enak di Morotai. Secara, di sini kan gak ada coffee shop. Dan saya menyesal, tak pernah mau belajar dan diajari menyeduh kopi. Dalam pikiran saya, ngapain saya repot-repot belajar jika bisa tinggal pesan dan voila ada secangkir kopi enak yang bisa dinikmati. Kalau saya mau menyeduh kopi sendiri, ngapain juga saya pergi ke coffee shop? Iya kan? Hehehe…

Minggu-minggu pertama tanpa kopi rasanya lumayan sakau. Dan mungkin karena kebiasaan ngopi saya yang berubah ini, pola tidur saya jadi semakin baik. Meskipun menurut saya itu tak ada hubungannya, karena saya pernah mencoba hidup tanpa kopi selama sebulan, namun hasilnya nihil.

Nonton India

Jangankan nonton film india, nonton infotaiment saja jarang sekali saya lakukan. Judul film India yang suka saya tonton pun bisa dihitung dengan satu kepalan tangan saja.

Namun, sejak di Morotai, saya bahkan menonton sinetron india yang episodenya beratus-ratus jumlahnya. Bagaimana tidak? Hampir semua penduduk puskesmas menyukai film india. Jika kebetulan listrik menyala dan televisi bisa digunakan kembali, yang mereka tonton adalah film india. Mau tak mau sayapun jadi ikut menyaksikan meskipun bingung dimana letak menariknya.

Sering Masak

Dulu, kalau ingin makan dan malas masak, saya tinggal keluar dari rumah dan membeli tahutek yang dijual di depan kompleks. Atau bahkan tinggal menyentuh layar smartphone dan memesan via Go-Jek. Tapi hal itu jelas saja tak dapat dilakukan di sini. Jangankan mau pesan makanan via Go-Jek, yang menjual makanan saja tak ada. Jaringan internetpun tak ada. Jadi, tentu saja saya harus masak sendiri.

Lumayan, keahlian masak saya yang apa adanya jadi bisa diasah kembali. Hehehe…

Rajin Menulis

Awalnya, saya sebenarnya jadi malas menulis. Bagaimana tidak? Keadaan listrik yang selalu saja padam dan laptop yang tak bisa dinyalakan jika tak ada asupan listrik membuat saya menjadikan itu sebagai alasan agar tak menulis lagi. Belum lagi tak adanya jaringan internet di tempat saya bertugas membuat saya semakin membenarkan kemalasan saya itu.

Namun, setelah dipikir-dipikir, rasanya itu bukan hal yang benar untuk dilakukan. Toh, jika tak ada laptop, masih ada buku catatan dan alat tulis lainnya kan? Akhirnya saya pun mulai memutuskan untuk tetap menulis. Seperti menulis diari. Semua pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan saya tuliskan secara manual. Ide-ide yang ingin saya tuliskan dan ingin saya posting di blog saya tuliskan dalam bentuk outline dan kemudian saya ketikkan secara lengkap saat listrik telah menyala.

Lama-kelamaan, saya berpikir hanya menuliskan outline saja tidak begitu efektif, sehingga kemudian saya mulai menulis di buku catatan secara lengkap, seperti saat saya mengetikkannya. Itu jauh lebih mudah. Jadi, ketika saya ke kota dan mendapatkan listrik dan jaringan internet, saya cukup mengetikkan kembali tulisan saya itu dalam kurun waktu sepuluh hingga lima belas menit dan bisa langsung mengunggahnya ke blog saya. Tak butuh banyak waktu.

Sama seperti tulisan ini. Saya tulis berminggu-minggu lalu, di saat hujan deras dan listrik padam sudah lebih dari tiga puluh jam, dan saya ketikkan kembali dalam waktu singkat dan langsung saya posting ketika sempat dan jaringan internet tersedia.

 

Ah, sebenarnya ini postingan yang tidak begitu penting. Untuk apa mengabarkan kepada dunia jika seorang Kiky sekarang sudah bukan seorang coffee addict lagi? Hehehe… Tapi, saya menulis ini hanya untuk menjaga agar saya tetap ada. Agar saya tetap konsisten. Agar saya tetap semangat. FIGHTING!

Leave a Reply